Minggu, 05 April 2009

JADWAL PEKAN SUCI & HARI RAYA PASKAH 2009

HARI,

TGL.

Pukul

Wita

PERAYAAN & PERIBADATAN

KETERANGAN

Sabtu,

04 April

18.00

Perayaan Ekaristi Minggu Palma

Mengenangkan Sengsara Tuhan

Pemberkatan Daun Palma

Minggu

05 April

06.00

Perayaan Ekaristi Minggu Palma

Mengenangkan Sengsara Tuhan

Pemberkatan Daun Palma

08.00

Perayaan Ekaristi Minggu Palma

Mengenangkan Sengsara Tuhan

Pemberkatan & Perarakan Daun Palma

18.00

Perayaan Ekaristi Minggu Palma

Mengenangkan Sengsara Tuhan

Pemberkatan Daun Palma

Selasa,

07 April

18.00

Perayaan Ekaristi Krisma

Pembaharuan Janji Imam & Pemberkatan Minyak suci

Kamis,

09 April

19.00

Perayaan Ekaristi Kamis Putih

Peringatan Perjamuan Tuhan & Pembasuhan Kaki

22.00

Ibadat Tuguran

Jadwal Perwilayah (lih. jadwal tuguran)

Jumat,

10 April

08.00

Ibadat Jalan Salib

Visualisasi Jalan Salib (tablo)

15.00

Upacara Jumat Agung

Upacara Sengsara Tuhan, Penghormatan Salib & Pemberkatan Benda Rohani

Sabtu,

11 April

20.00

Perayaan Ekaristi Malam Paskah

Upacara Cahaya & Pembaharuan Janji Baptis

Minggu,

12 April

08.00

Perayaan Ekaristi Hari Raya Paskah

Persembahan Hasil Pantang & Puasa Anak - Anak

18.00

Perayaan Ekaristi Hari Raya Paskah

Ekaristi Hari Raya Paskah sore

Jumat, 03 April 2009

PENGUMUMAN PAROKI ”KELUARGA KUDUS” KATEDRAL BANJARMASIN PEKAN SUCI – HARI MINGGU PALMA – MENGENANGKAN SENGSARA TUHAN, 5 April 2009

1. Jadwal Liturgi Ekaristi Pekan Suci 2009, :
a. Selasa, 07April : Pkl. 18. : Ekaristi Pemberkatan Minyak Suci & Pembaruan Janji Imam. 
Misa dipersembahkan oleh Bapak Uskup bersama seluruh imam se-Keuskupan Banjarmasin. Seluruh umat diundang dalam Perayaan Ekaristi ini.

b. Kamis, 09 April : Pkl. 19. : Perayaan Ekaristi Kamis Putih: 
Peringatan Perjamuan Tuhan dan Pembasuhan kaki.

 : Pkl. 22. s/d 04:45 : Ibadat Tuguran (Jadwal Perwilayah)

c. Jumat, 10 April: Jumat Agung; Puasa dan Pantang
  : Pkl. 08. : Visualisasi Ibadat Jalan Salib
Pkl. 15. : Upacara Jumat Agung, Penghormatan Salib & Pemberkatan Salib

d. Sabtu, 11 April : Pkl. 20. : Perayaan Ekaristi Malam Paskah, Upacara Cahaya dan Pembaruan Janji Baptis

e. Minggu, 12 April : Pkl. 08. : Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan Pagi
  Persembahan Hasil Pantang & Puasa Anak-Anak 

  Pkl. 18. : Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan Sore
Pelayan : Wilayah Matius & Yohanes

Jadwal Lengkap Pekan Suci juga dapat dilihat pada lembaran kecil di pintu masuk gereja atau di Papan pengumuman Gereja juga dapat di akses melalui Blog Situs Katedral Banjarmasin dot blogspot dot com

2. Pakaian Misa Warna Liturgis Tri Hari Suci & Hari Raya Paskah:
- Kamis Putih : Pakaian warna putih
- Jumat Agung : warna pakaian gelap
- Sabtu Suci : warna liturgi putih pakaian yang terbaik
- Minggu Paskah : warna putih, lambang Kemuliaan dan Kegembiraan
Umat dihimbau sedapat mungkin menyesuaikan dengan warna Liturgis Tri Hari Suci & Hari Raya Paskah.

3. Selama Tri Hari Suci Misa Harian diganti menjadi Ibadat Harian jam 6.

4. Jadwal Gladi Bersih Pelayan Liturgi Pekan Suci :
a. Pelayan Hari Raya Paskah Pagi: Minggu, 05 April, Pkl. 10
b. Pelayan Kolekte & Tata Tertib Jumat Agung: Minggu, 5 April, Pkl. 20.
c. Pelayan Kamis Putih: Senin, 6 April, Pkl. 19.30
d. Pelayan Kolekte & Tata Tertib Kamis Putih dan malam Paskah: Selasa, 7 April: Pkl. 19.30
e. Pelayan Malam Paskah: Rabu, 8 April 19.30

5. Perayaan Ekaristi Hari Raya Paskah: bersama seluruh Orang Muda Katolik Keuskupan Banjarmasin, akan dilangsungkan pada: Hari: Sabtu, 18 April, Pkl. : 18. Tempat : Gereja Katedral
Seluruh Orang Muda Katolik diundang dalam Perayaan Ekaristi Paskah bersama Komisi Kepemudaan Keuskupan Banjarmasin.

6. Perhatian untuk seluruh Umat yang akan mengikuti Ekaristi Kudus TRI HARI SUCI & HARI RAYA PASKAH 2009:
1. Demi keamanan bersama, Umat dihimbau untuk tidak membawa tas tangan berukuran besar, dan bersedia diperiksa oleh petugas apabila diperlukan.
2. Bagi umat yang memiliki motor pribadi dimohon tidak membawa motor dalam jumlah yang berlebihan, mengingat lahan parkir yang terbatas. Tempat parkir yang dapat digunakan selama Tri Hari Suci & Hari Raya Paskah: 
a. Parkir Roda dua : di Halaman Gereja Katedral
b. Parkir Roda Empat : di Halaman Kantor DPRD, Kantor Pajak, Wisma Antasari, Bank Danamon dan Bank Mega.
3. Umat dimohon bekerjasama dengan pelayan parkir & jangan lupa mengunci & mengamankan helm.
4. Umat dimohon bekerjasama dengan seluruh pelayan yang melayani selama perayaan.
5. Umat dimohon untuk mensetting semua alat komunikasi dalam keadaan diam selama berlangsungnya Perayaan Tri Hari Suci dan Hari Raya Paskah.
6. Umat dimohon untuk bekerjasama menciptakan, menjaga & memelihara kebersihan lingkungan Gereja.

Demikian Pengumuman Paroki Katedral Minggu ini.

Tertanda : Pastor Paroki Katedral
Rm. Christophorus Katijanarso, CM

Kamis, 02 April 2009

HARI RAYA PASKAH

http://kasihmu-tuhan.blogspot.com

HARI RAYA PASKAH mengapa disebut demikian dan kapan diangkat menjadi Liturgi Gereja?


Beberapa kata yang menunjuk pada kata Paskah adalah : Pesach (Ibr) atau Pasover (Ing) atau Pascha (Yun) berarti “lalu”. Kata lain untuk Pasover adalah Easter, namun arti kata Easter tidak menentu. Pandangan umum pada abad ke 8, kata Easter dikaitkan dengan pemujaan dewi musim semi orang-orang Anglo-Saxon (Ing) yang bernama Eostre. Dalam bahasa Romawi dan beberapa bahasa lain, kata Easter (Ing) lebih menunjuk pada kata Pesach (Ibr) atau Pasover.

Secara teologis dan liturgis, Paskah berakar pada kitab Perjanjian lama. Dalam Kitab Keluaran (Exodus) kata Paskah menunjuk tidak hanya “berlalunya” bencana dari orang-orang Yahudi di Mesir, tetapi juga “bebasnya” Israel dari perbudakan Mesir menuju tanah terjanji (Kanaan). Paskah Yahudi berarti perayaan syukur atas pembebasan (tulah dan perbudakan) dan persembahan hasil pertama dalam tahun. (Paskah Yahudi lihat Kel 12).

Paskah Yahudi selalu dirayakan berdasarkan kalender (penanggalan) yang berdasarkan siklus bulan (moon) yaitu pada hari ke 14 Nisan atau Abib (bulan pertama) dalam penanggalan Yahudi yang jatuh antara bulan Maret dan April. Sehingga dapat jatuh pada hari apa saja dalam pekan.

Paskah orang Kristen pertama dirayakan sebagai peringatan akan wafat (dan kebangkitan) Kristus yang disalib. Mereka merayakan Paskah pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama atau sesudah waktu siang dan malam sama lamanya atau siklus musim yang berkisar antara tanggal 22 Maret sampai 25 April (setelah 21 Maret).

Pada abad ke 2, karena adanya dua kalender yang digunakan untuk menentukan perayaan Paskah, maka timbul pertentangan dan Konsili Nicaea (tahun 325) menentukan perayaan Paskah yaitu pada hari Minggu sesudah hari ke 14 Nisan dan sesudah waktu siang dan malam sama lamanya, sebagai jalan tengah. Namun kesulitan muncul dengan harus diperhitungkannya kalender Yulianus yang berdasarkan siklus Matahari. Hingga abad ke 9 pertentangan tetap timbul, dan mulai teratasi dengan adanya kalender Gregorius pada tahun 1582, beberapa daerah lain mulai menyesuaikan.

Pengertian Paskah secara Teologis-Liturgis :

Tema pokok Paskah adalah perayaan wafat, kebangkitan, kenaikan dan turunnya Roh Kudus bagi Gereja. Paskah dipersiapkan dengan masa persiapan (Pra-Paskah / Puasa) dan diikuti 50 hari sesudahnya (masa Paskah) yang berakhir pada hari Pentakosta.

Paskah bukan hanya mengenangkan peristiwa masa lalu saja, tetapi sebagai ungkapan kematian dan kebangkitan Kristus dengan hidup baru yang dibagikan kepada umat yang percaya kepada-Nya.

Di dalam liturgi Paskah diikuti dengan pembaptisan, ini mengungkapkan bahwa orang yang dibaptis bebas dari dosa dan bangkit dengan hidup baru dalam Kristus. Pakaian putih para baptisan sebagai simbol, bahwa mereka terbebas dari kegelapan dosa oleh Terang Kristus yang bangkit.

Liturgi sekarang diawali dengan perarakan Lilin Paskah dalam kegelapan sebagai simbol Kristus yang bangkit adalah terang dunia yang menghalau kematian dan kegelapan dosa, kemudian menyusul Exultet yang mengingatkan kita akan Allah yang membebaskan umat-Nya di masa lampau.

Upacara liturgi ini hanya diadakan seandainya tidak ada upacara liturgi pada Malam Paskah atau banyak umat yang belum mengikuti upacara liturgi Vigili Paskah.

Warna Liturgis adalah Putih, lambang Kemuliaan dan Kegembiraan. Perayaan Ekaristi sama dengan Hari Minggu.

MALAM PASKAH

http://kasihmu-tuhan.blogspot.com

MALAM PASKAH mengapa disebut demikian? Bagaimanakah data sejarah penunjang liturgi tersebut hingga kini dalam Gereja?


Malam Paskah berarti malam menjelang Hari Raya Paskah, tepatnya malam Minggu. Hari Sabtu itu dalam liturgi Gereja disebut “Sabtu Suci”. Malam Paskah disebut juga “Vigili Paskah”. Istilah “vigili” berasal dari bahasa Latin “Vigilis”, yang berarti “Berjaga-jaga, siap siaga”. Oleh karena itu, Vigili Paskah berarti berjaga bersama Yesus Kristus yang yang beralih dari kematian menuju kebangkitan.

Sesuai dengan penghayatan iman kristiani, maka peringatan akan kemenangan Kristus atas dosa dan maut, telah dimulai pada upacara liturgi Malam Paskah.

Pada abad ke 2, peringatan sengsara maupun kebangkitan Kristus dirayakan atas cara yang sederhana. Menurut penghayatan Gereja pada waktu itu, pada Malam Paskah, Yesus melewati pintu gerbang kematian menuju kehidupan.

Bacaan Kitab Suci yang diwartakan dan direnungkan adalah antara lain pernyataan Paulus : “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab Anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus” (1 Kor 5, 7)

Pada abad ke 3 ibadat Malam Paskah berlangsung pada malam hari. Pada malam itu pula diadakan upacara pembaptisan bagi para katekumen. Teks Injil Rom 6 tentang makna “mati dan bangkit bersama Kristus dan dua jenis perhambaan”, diwartakan dan direnungkan. Menurut data buku “Traditio Apostolica” (Sejarah Tradisi Para Rasul), yang dikarang oleh Hippolitus, maka Malam Paskah dan upacara pembaptisan berlangsung sampai ayam berkokok, dilanjutkan dengan perayaan ekaristi pada pagi hari.

Sejak abad ke 4, upacara Jumat Agung telah dipisahkan dari liturgi Malam Paskah dan Hari Raya Paskah. Malam Paskah merupakan rangkuman dari Triduum hari ketiga, berakhirnya masa puasa, namun tercipta saat rekonsiliasi, yang memuncak pada Hari Raya Paskah. Pada waktu itu, telah ditata bentuk litrugi Malam Paskah yang dikenal dengan upacara “Lilin Paskah” sebagai simbol Cahaya Kristus yang mengalahkan dosa dan maut. Tradisi tersebut berlangsung sampai abad ke 14, namun upacara cahaya diadakan pada pagi hari, sehingga simboliknya menghilang dari penghayatan iman umat.

Pada tahun 1951, abad ke 20, Paus Pius XII melalui dekritnya “Ad Vigiliam Paschalem” (tentang Vigili Paskah), tepatnya 9-Februari-1951, menetapkan bentuk upacara liturgi Malam Paskah yang dikenal hingga saat ini dalam liturgi Gereja.

Upacara liturgi terdiri dari 4 bagian, yaitu upacara cahaya, liturgi sabda, upacara pembatisan dan liturgi ekaristi. Dalam upacara cahaya, imam memberkati Api Baru di luar Gereja di depan pintu gerbang utama, menandai Lilin Paskah dengan tanda salib angka tahun yang bersangkutan, menancapkan 5 biji dupa simbol luka-luka Kristus, melingkari dua abjad Yunani yakni Alpha dan Omega (Awal dan Akhir). Lilin Paskah dinyalakan dari Api Baru. Diakon membawa Lilin Paskah tersebut (jika tidak ada diakon, berarti imam itu sendiri), tiga kali berhenti seraya menyanyikan “Lumen Christi” (Cahaya Kristus) di tengah kegelapan ruangan gereja, maka umat serentak menjawab “Deo Gratias” (Syukur kepada Allah), seraya menyalakan lilin-lilin yang dipegang dan berlutut tanda hormat ke arah lilin utama tersebut.

Jika sudah tiba di panti imam, maka lampu-lampu dinyalakan, dilanjutkan dengan “Exultet” (Madah Pujian Paskah) oleh diakon atau oleh imam. Menyusul liturgi sabda dengan sembilan kutipan teks Kitab Suci Perjanjian Lama dan Baru. Setiap bacaan diselingi dengan lagu dan doa singkat dalam suasana hening. Tersedia tujuh bacaan Kitab Suci Perjanjian Lama, tiga kutipan wajib yakni Kisah Penciptaan, Kisah Pengorbanan Ishak dan Penyeberangan Laut Merah. Sedangkan empat bacaan lainnya diambil dari kutipan Kitab Para Nabi, namun sifatnya fakultatif.

Bacaan Kitab Suci Perjanjian Baru, diambil dari Rom 6, 3-11, menyusul madah pujian “Alleluia”, dilanjutkan dengan kutipan Injil mengenai peristiwa Kebangkitan menurut kalender tahun liturgi yang bersangkutan.

Sesudah homili singkat, dilanjutkan dengan upacara pemberkatan air baptis dan air suci, yang diawali dengan “Litani Para Kudus”. Jika ada katekumen yang telah siap untuk dibaptis, maka diterimakan “Sakramen Permandian” dan Krisma jika upacara liturgi dipimpin oleh seorang Uskup.

Sesudah pembaharuan janji baptis dalam bentuk tanya jawab antara imam dan umat, maka umat diperciki dengan Air Suci, sesudahnya dilanjutkan dengan liturgi ekaristi. Jika ada neobaptis, maka akan menerima Komuni Pertama.

Ternyatalah bahwa liturgi Malam Paskah mengandung unsur-unsur yang sama dengan tradisi yang hidup dan berkembang dari jaman ke jaman, dari generasi ke generasi hingga kini. Teristimewa setelah adanya penataan kembali “Upacara Vigili Paskah” pada tahun 1951, masih terlihat dan terasa dampaknya terhadap upacara liturgi Malam Paskah sebagaimana terdapat dalam “Missale Romanum”, dengan struktur dasarnya yang tebagi atas :

• Upacara Cahaya : Pemberkatan Api, pemberkatan lilin, perarakan dan pujian Paskah.

• Liturgi Sabda : Bacaan Kitab Suci Perjanjian Lama dan Baru

• Liturgi Pembaptisan : Pemberkatan Air Baptis, pembaptisan, pemberkatan Air Suci, pembaharuan janji baptis.

• Liturgi Ekaristi : warna liturgi adalah putih, upacara liturgi berlangsung sore atau malam hari.

(Bacaan 1 : Kej 1:1,26-31a Bacaan 2 : Kej 22:1-2,9a,10-13,15-18 Bacaan 3 : Kel 14:15–15:1 Bacaan 4 : Yes 54:5-14 Bacaan 5 : 55:1-11 Bacaan 6 : Bar 3:9-15,32-4:4 Bacaan 7 : Yeh 36:16-17a,18-28 Epistola : Rm 6:3-11

Injil A : Mat 28:1-10 Injil B : Mrk 16:1-7 Injil C : Luk 24:1-12)

JUMAT AGUNG

http://kasihmu-tuhan.blogspot.com

JUMAT AGUNG mengapa disebut demikian ? Sejak kapan dirayakan dalam Liturgi Gereja ?


Pada awal kekristenan, khususnya pada abad pertama perhatian umat terarah kepada misteri Paska, bukan tertuju kepada misteri sengsara pada wafat Yesus. Namun demikian sejak abad ke 2 telah hidup tradisi “Menjaga Makam Yesus” selama 40 jam.

Pada abad ke 3, kemudian berlangsung hingga abad ke 6, ibadat Jumat Agung di Roma sangat sederhana, hanya terdiri dari bacaan-bacaan Kitab Suci dan doa-doa. Namun pada waktu itu Gereja telah menetapkan peraturan pantang dan puasa untuk umat, sehingga umat dapat mengambil bagian dari Sengsara Yesus.

Liturgi Jumat Agung yang antara lain terdiri dari “penyembahan salib” adalah tradisi umat kristiani di Yerusalem sejak abad ke 4. Pada hari itu, sejak pagi hari umat sudah berangkat menuju bukit Kalvari untuk mendengarkan Kisah Sengsara dan untuk mencium relikwi, yang diyakini sebagai salah satu bagian kecil Salib Yesus. Pada pukul 3 sore, mereka berkumpul kembali untuk mendengarkan nubuat-nubuat para nabi Perjanjian Lama, sebagaimana tercantum dalam Kitab Suci dan mendaraskan Mazmur-mazmur yang ada kaitannya dengan kisah sengsara.

Pada abad ke 7 tradisi tersebut mulai dipraktekkan di Roma. Sementara Mazmur 118 dinyanyikan, relikwi salib suci diarak dalam suatu prosesi dalam Basilik “Salib Suci”. Pada saat itu pula dinyanyikan “Ecce Lignum” (lihatlah Kayu Salib). Inti upacara Jumat Agung adalah perarakan salib suci dan penghormatan terhadap Salib Yesus.

Sejak semula tidak ada perayaan ekaristi, namun demikian imam dan umat yang hadir dapat menerima komuni kudus yang berasal dari sisa komuni kudus pada hari Kamis Putih sehari sebelumnya.

Liturgi Jumat Agung pada abad pertengahan terdiri dari liturgi sabda, yakni bacaan Kitab Suci dan doa, upacara penyembahan salib dan upacara komuni kudus tanpa misa.

Pada abad ke 16, muncul praktek ‘meditasi terhadap Jalab Salib’ dengan merenungkan kata-kata terakhir Yesus di atas kayu salib, “Bapa, kedalam tangan-Mu, Kuserahkan Roh-Ku”. Upacara liturginya berlangsung selama kurang lebih 3 jam yang terdiri dari liturgi sabda, penyembahan salib, dan komuni kudus. Liturgi sabda terbagi atas bagian bacaan Kitab Suci, doa umat meriah, dan diselingi dengan madah pujian. Kurang lebih empat abad lamanya, model liturgi dalam gereja berlangsung demikian.

Pada abad ke 20, sejak tahun 1955, dengan adanya pembaharauan dan penataan liturgi gerejani oleh Paus Pius XII, maka litrugi Jumat Agung meliputi liturgi sabda, doa umat meriah, penyembahan salib, dan komuni kudus. Pada bagian liturgi sabda, dikutip dua teks Kitab Suci Perjanjian Lama, masing-masing Hos 6:1-6 dan Kel 12:1-11 , demikian pula dibacakan atau bila perlu dinyanyikan “Kisah Sengsara Tuhan”, menurut penginjil Yohanes. Doa umat meriah dinyanyikan dengan intensi demi kepentingan seluruh Gereja yang kudus. Pada upacara penyembahan salib, kain penutup salib yang berwarna ungu dibuka dalam tiga tahap dan setiap kali imam menyanyikan “Ecce Lignum”, sedangkan umat menjawab “Venite Adoremus” lalu berlutut menghadap salib. Sementara umat dengan tertib mencium salib, koor menyanyikan “Improperia” dan “Pange Lingua Gloriosi”. Dilanjutkan dengan komuni kudus yang diiringi dengan nyanyian Mazmur 22.

Pada tahun 1970, dikeluarkan instruksi tentang Liturgi Jumat Agung, terbagi atas 3 baigan utama, yakni Ibadat Sabda yang didahului saat hening di mana imam meniarap, Penyembahan Salib dan Komuni Kudus, Warna Liturgi adalah merah. Upacara liturgi berlangsung sesudah siang hari. Pada umumnya tepat pukul 15.00. Bacaan I : Yes 52:13 – 53:12 Bacaan II : Ibr 4:14-16 ; 5:7-9 Bacaan Injil : Yoh 18:1 – 19:42

KAMIS PUTIH

http://kasihmu-tuhan.blogspot.com

KAMIS PUTIH, adalah hari Kamis dalam Minggu Suci atau hari pertama dalam TRI HARI SUCI. Pada hari ini dirayakan hari Ulang Tahun Perjamuan Malam Yesus, di mana Yesus membasuh kaki murid-muridNya dan menetapkan Institusi Ekaristi. Disebut Kamis Putih karena warna liturgi pada hari itu didominasi oleh warna putih. Imam mengenakan pakaian misa putih, hiasan altar semuanya putih mau menunjukkan kemuliaan dan kesucian.


Dalam bahasa Inggris, tradisional hari ini disebut Maundy Thursday. Sebutan itu diambil dari antifon pertama upacara pembasuhan kaki yang dalam bahasa Latin berbunyi : “Mandatum Novum” atau perintah baru (Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. - Yoh 13, 34) yang menjadi salah satu pokok upacara pada hari itu. Sejak abad ke 4, hari itu ditetapkan oleh Konsili Hippo (tahun 393) sebagai perayaan khusus perjamuan Ekaristi yang diadakan oleh Tuhan Yesus pada Perjamuan Terakhir.

Selain kedua upacara itu, sejak dulu juga dilaksanakan upacara pemberkatan minyak-minyak (minyak katekumen, minyak krisma, dan minyak pengurapan orang sakit) serta penerimaan kembali para penitent (petobat) masal yang dikeluarkan dari persekutuan umat sejak hari Rabu Abu itu. Yang terakhir ini sudah lama tidak dibuat lagi.

Sejak tahun 1955 misa Kamis Putih biasa dilaksanakan pada sore hari, sedangkan upacara pemberkatan minyak-minyak itu dilaksanakan di dalam Misa Krisma yang dilaksanakan pada Pagi Hari (di Katedral). Dalam Misa Krisma itu, para imam bersama dan di hadapan Bapak Uskup membaharui janji imamatnya.

Komuni yang disambut pada hari Kamis Putih dan Jumat Agung dikonsekrir / disucikan pada hari ini (Kamis Putih). Oleh karena itu, sebelum misa, Tabernakel dikosongkan. Hosti yang masih tersedia di dalamnya (yang disediakan untuk orang sakit) dipindahkan ke tabernakel cadangan di luar upacara tanpa upacara.

Hari Kamis Putih dirayakan dengan meriah. Upacara ditandai dengan pembunyian bel / lonceng pada waktu mengidungkan lagu Kemuliaan / Gloria (sesudah itu lonceng tidak dibunyikan lagi sampai Malam Paska) dan juga dipakai Prefasi Konsekrasi Khusus. Sesudah khotbah diadakan upacara pembasuhan kaki (tanda pelayanan). Dan sesudah Misa, diadakan Perarakan Sakramen Maha Kudus yang disediakan untuk dibagi pada hari Jumat Agung dari altar menuju ke altar samping, di mana Sakramen itu akan disemayamkan, dilanjutkan dengan Upacara Tuguran / Berjaga Bersama Yesus.

Sesudah Misa, altar dibersihkan dari hiasan, kain altar dicabut. Tempat air suci juga dikosongkan untuk diisi dengan air baru yang akan diberkati pada Malam Paska. (Bacaan I : Kel 12, 1-8, 11-14 Bacaan II : 1 Kor 11, 23-26 Bacaan Injil : Yoh 13, 1-15)

PEKAN SUCI

http://kasihmu-tuhan.blogspot.com

PEKAN SUCI, mengapa disebut demikian dan kapan munculnya dalam liturgi Gereja ?


Pekan yang mendahului Hari Raya Paska. Pekan terakhir bagi umat beriman mempersiapkan diri untuk merayakan misteri iman kristiani, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai Tuhan.

Pekan Suci diawali dengan perayaan Minggu Palma dan berakhir dengan perayaan Paska. Hal ini berarti Pekan Suci meliputi Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci yang sering disebut juga Malam Paska atau Vigili Paska. Trihari Suci tersebut merupakan “Triduum Suci” secara massal menjelang Paska.

Selama Pekan Suci, seluruh umat Allah dalam Gereja, mengarahkan seluruh perhatiannya kepada misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan melalui rangkaian upacara liturgis gerejani. Dalam pekan suci, terdapat “Tri Hari Suci”, yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska. Dimaksudkan agar umat kristiani semakin memahami dan mendalami penghayatan imannya akan Kristus, sekaligus pula memberi daya dorong dan semangat juang untuk tetap mengikuti Kristus dengan setia dalam hidup sehari-hari.

Upacara tradisional Pekan Suci berasal dari parktek ziarah dan devosi umat beriman sejak abad ke 4 di Tanah Suci yang berpusat di Yerusalem. Para peziarah dari berbagai tempat mendatangi kota Yerusalem untuk merenungkan kembali kisah Yesus memasuki kota Yerusalem, Perjamuan Malam Terakhir dan drama Penyaliban-Nya. Peristiwa-peristiwa tersebut biasanya didramatisir dalam suasana upacara liturgis.

Dokumen lengkap tentang praktek ziarah dan devosi tersebut, ditulis oleh Egerius. Dokumen yang berisi laporan lengkap tentang “Pekan Suci”, disebut “Peziarahan Etheria” pada abad ke 4 sampai abad ke 6. Upacara liturgi PekanSuci berlangsung dari abad ke abad mengalami pelbagai perubahan dan variasi, sesuai dengan keadaan jaman dan latar belakang budaya di mana Gereja hidup dan berkembang, khususnya Gereja Barat (Romawi) dan Gereja Timur (Yunani). Keadaan tersebut sampai abad ke 20 Paus Pius XII (1939-1958 jadi Paus) mengadakan pembaruan dan penataan seluruh upacara liturgis “Pekan Suci”, melalui Dekritnya “Maxima Redemptionis Nostrae Mysteria”, yang dikeluarkan pada tanggal 16-November-1955.

Selanjutnya, Gereja menyadari betapa pentingnya kedudukan liturgi dalam Gereja. Oleh sebab itu, dokumen pertama yang dihasilkan Konsili Vatikan II (1962-1965), adalah “Konstitusi tentang Liturgi” (4-Desember-1963). Refleksi theologis-liturgis tentang hakekat litrugi bagi seluruh Umat Allah, terutama di dalamnya, termasuk pula “kedudukan pekan suci” yang harus dihayati oleh seluruh Gereja.
Pada tahun 1970, Vatikan mengeluarkan “Instruksi tentang liturgis” secara lengkap dan terpadu menurut “Missale Romanum”, antara lain tentang Perayaan Pekan Suci dan Trihari Suci yang berlaku dalam Gereja hingga kini